Jumat, 26 Maret 2010

Our Matano Lake

Danau ini keren banget. Rugi kalau belum pernah ke sini.

Nafas Glenn Victor nampak terengah-engah begitu tangannya menyentuh garis finis. Perenang asal Jawa Barat ini baru saja menyelesaikan lomba renang Matano Lake Open Water Swimming 2006 Ahad (23/6) lalu. Jarak 7500 meter antara Nuha ke Pantai Ide ditempuhnya dalam waktu 1.37.33.05.

Tidak semua danau layak dijadikan ajang lomba renang perairan terbuka seperti ini. Namun, Danau Matano di Sorowako, Sulawesi Selatan diberi kepercayaan oleh PRSI (Persatuan Renang Seluruh Indonesia) untuk menggelar event nasional ini. Airnya yang jernih dan bersih, ombaknya yang ramah tentu menjadi pertimbangan tersendiri.

Danau Matano (artinya matanya air dalam bahasa daerah) memang berbeda dibanding danau lain. Area danau yang mencapai 130 km persegi ini memang sangat menawan dan unik. Tidak mengherankan jika beberapa ilmuwan mengusulkan agar danau ini menjadi world heritage. Berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, ekosistem danau ini tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak 1930 sampai sekarang.

Tidak itu saja, Danau Matano juga ternyata menyimpan berbagai jenis flora dan fauna endemik yang masih terjaga dengan baik. Secara awam, flora dan fauna endemik adalah mahluk hidup yang hanya ditemui di suatu tempat dan tidak bisa ditemukan di tempat yan lain.

Danau Matano adalah satu dari tiga serangkai danau di Sulawesi Selatan. Air yang mengalir dari Danau Matano ke Danau Mahalona kemudian ke Danau Towuti dan selanjutnya mengalir ke sungai Larona. Sungai inilah yang menjadi penggerak dua PLTA milik PT Inco Tbk, yaitu PLTA Larona dan PLTA Balambano. Bahkan tidak lama lagi Inco juga akan membangun PLTA yang ketiga yang sumber energinya berasal dari Danau Matano, yaitu PLTA Karebbe. Danau Matano benar-benar vital bagi Inco dan masyarakat sekitar Sorowako.

“Kami selalu mendukung penuh upaya-upaya konservasi yang dilakukan untuk melestarikan ketiga danau itu” ujar Arif Soeleman Siregar, Presiden dan CEO PT Inco Tbk. pada suatu kesempatan.

Tekad Arif untuk melestarikan danau-danau itu tentu saja semakin besar manakala diketahui bahwa Danau Matano memiliki sejumlah keunikan lain antara lain merupakan danau terdalam di Indonesia atau terdalam ke delapan di dunia. Posisi dasar danau pun sangat khas karena letaknya lebih rendah daripada permukaan laut. Kecerahan air danau Matano adalah 23 meter, sebuah angka yang mengejutkan manaklan banyak danau lain hanya beberapa meter atau bahkan beberapa sentimeter saja. Artinya, kita masih bisa melihat sebuah benda yang berada di kedalaman 23 meter di Danau Matano. Jernih sekali, bukan?

Tidak hanya danau yang menjadi perhatian Inco. Ekosistem darat pun tidak luput dari perhatian perusahaan yang sudah 38 tahun bekerja di Sorowako ini. Setiap tahun Inco merehabilitasi lahan pascatambang seluas 700 hektar. Area seluas itu tentu membutuhkan aneka jenis tanaman endemik. Tanaman-tanaman inilah yang disemai di sebuah fasilitas nursery baru berbiaya Rp.3.5 milyar. Tanaman endemik yang dikembangkan ada 40 jenis, diantaranya adalah betao (Calophylum soulatri), kumea (Colophylum sp.), gaharu (Aqualaria malacencis), meranti (Shorea sp.), natoh (Palaqium sp.), damar (Agathis sp.), dan manggis hutan (Garcinia sp.). Tanaman-tanaman endemik ini akan dikembangkan kembali setelah tanaman pioner ditumbuhkan untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan tanah. Jenis tanaman pionir yang banyak disiapkan antara lain adalah sengon (Paraserianthes falcataria), johar (Cassia siamea), kayu angin (Casuarina equisetifolia), eukaliptus (Eukaliptus urograndis), dan sengon buto (Enterolobium chyclocarpum).

Jika ekosistem darat dapat terjaga dengan baik, besar kemungkinan Danau Matano pun akan tetap menyimpan air untuk menggerakkan tiga PLTA di Sulawesi Selatan. Dan pada tahun-tahun mendatang kita masih bisa menyemangati Glenn Victor untuk bertanding menyeberangi danau indah ini.

posting from http://jalansutera.com/2006/07/26/danau-matano-itu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar